Sejarah singkat percobaan sistem injeksi pada motor bensin
Sejak Robert Bosch
berhasil membuat
pompa
injeksi
Diesel putaran tinggi
(1922-1927), maka dimulailah
percobaan-percobaan
untuk
memakai
pompa
injeksi
tersebut
pada
motor bensin. Pada
mulanya
pompa
injeksi
motor bensin dicoba,
bensin
langsung
disemprotkan
ke
ruang
bakar
(seperti
motor Diesel). Kesulitan akan
terjadi
waktu
motor masih dingin,
karena
bensin
Untuk mengatasi kesulitan ini, maka penyemprotan langsung pada ruang bakar, diganti dengan penyemprotan pada saluran masuk. Elemen pompa juga harus diberi pelumasan sendiri, karena bensin tidak dapat melumasi elemen pompa seperti solar, itu berarti pembuatan konstruksi elemen lebih sulit dan mahal.
Para ahli konstruksi terus berusaha merancang suatu sistem injeksi bensin yang berbeda dari sistem – sistem terdahulu ( tanpa memakai pompa injeksi seperti motor Diesel ),
terutama untuk pesawat terbang kecil cukup tertarik memakai sistem injeksi bensin, karena pesawat terbang yang memakai karburator akan mengalami kesulitan antara lain :
Saluran masuk tertutup es
Posisi dan gerakan pesawat mempengaruhi kerja karburator
akan
sukar
menguap
karena
temperatur
rendah,
akibatnya
bensin
akan
mengalir
ke
ruang
poros
engkol
dan
bercampur
dengan
oli
, bila motor sudah
panas
masalah
ini
tidak
ada
lagi.
Untuk efisiensi pemakaian bahan bakar, motor 2 tak & motor rotari (Wankel) juga suka memakai sistem injeksi. Prinsip dasar sistem injeksi yang dipakai pada mobil-mobil saat ini mulai selesai sekitar tahun 1960, dan tahun 1967 industri Mobil VW mulai memakai sistem injeksi D (D-Jetronik), sistem ini pertama kali memakai Unit Pengontrol Elektronika .Dari tahun 1973 sampai saat ini sistem injeksi K (K-Jetronik) & L-Jetronik serta Mono-Jetronik sudah dipakai pada mobil. Sistem-sistem injeksi ini merupakan pilihan lain dari sistemkarburator, terutama pada negara-negara yang mempunyai aturan
No comments:
Post a Comment